Memilih Yang Baru Itu Beresiko

Memilih Yang Baru Itu Beresiko

Hari ini tanggal 20 september 2012, semua warga Jakarta yang berhak memilih sedang melakukan coblosan untuk menentukan siapa gubernur yang baru. Tulisan ini tidak ada hubungannya dengan acara tersebut, artinya tidak akan membahas atau memberi dukungan kepada pasangan peserta cagub dan cawagub DKI.

Sahabat, memilih sesuatu yang baru itu jelas memiliki resiko, apalagi jika kita mendapatkan informasi yang belum jelas benar tentang hal baru itu. Anehnya orang memang lebih takut terhadap sesuatu yang tidak diketahuinya. Ingatkan dulu kita pernah dilarang berbicara dengan orang asing yang belum dikenal?

Memilih sesuatu yang baru juga akan memaksa kita keluar dari zona nyaman, dari kebiasaan yang sudah lama dimiliki. Misalnya, kita memilih pindah kerja ke tempat kerja yang baru, maka kita akan kembali beradaptasi lagi dari awal, mengenal orang-orang yang baru, mempelajari SOP yang baru. Tidak semua orang berani keluar dari status kenyamanan mereka, meskipun sebenarnya zona nyaman itu sudah menjadi tidak nyaman lagi. Tentunya sudah sering medengar cerita tentang seorang karyawan yang sangat jenuh dan bosan dengan tempat kerjanya, kurang diperhatikanlah, gaji tidak memadailah, teman kerja yang tidak kooperatiflah dll, dan anehnya tetap saja dia bertahan disitu.

Saya jadi ingat cerita tentang menangkap kera dengan tempayan. Konon suku di Afrika bisa menangkap kera dengan menggunakan tempayan. Bagaimana caranya? Mereka mengikatkan sebuah tempayan yang berleher sempit disebuah pohon yang kuat. Di dalam tempayan tersebut dimasukan segenggam kacang sebagai umpan. Seekor kera yang tertarik dengan kacang akan berusaha mengambilnya dengan memasukkan tangan ke dalam tempayan. Begitu memegang kacang, genggaman si kera tersebut menjadi terlalu besar untuk keluar dari tempayan, dan karena si kera tetap mempertahankan kacang di tangannya maka terjeratlah si kera. Dan kera itu hanya akan melepaskan genggaman tangannya setelah mati disembelih.

Memilih sesuatu yang baru itu memang beresiko, namun bukankah mempertahankan yang lama meskipun sudah tidak sesuai lagi bukanlah sebuah tindakan yang bijak. Bayangkan jika Anda memiliki sepatu yang dulunya nyaman dan sekarang sudah rombeng, kumal dan kesempitan, bukankah membeli sepatu baru adalah hal dibutuhkan? Memang sih memakai sepatu baru awalnya kurang nyaman kadang lecet-lecet malah, tetapi bukan berarti kita tidak mau ganti sepatu yang lama itu khan?

Jadi memilih sesuatu yang baru itu memang beresiko namun resikonya tidaklah setinggi mempertahankan hal lama yang tidak berkualitas, so lepaskanlah hal lama yang memang sewajarnya diganti dan berani memilih yang baru he he he

Jika sang kera dalam cerita di atas itu bijak, pastinya dia akan lepaskan kacang dalam genggamannya itu, toh masih banyak makanan lain yang jauh lebih enak, bergizi dan tidak berbahaya di banding kacang lama yang penuh jebakan itu.

Manusia yang bijak pastinya bisa beradaptasi terhadap hal-hal baru yang jauh memberi harapan dibanding tetap bertahan di tempat sekarang hanya karena keengganan keluar dari zona nyaman. Dan jika nasehat untuk dilarang berbicara dengan orang yang belum dikenal itu tetap dipegang, pasti akan kesulitan mendapatkan klien baru, mentor baru bahkan pacar baru.

Dan kembali saya ingatkankan, tulisan ini tidak ada hubungannya dengan PILKADA DKI, jadi tidak perlu dihubung-hubungkan karena memang tidak berhubungan.

Leave a comment