Hidup Itu (Penuh) Pilihan

Hidup Itu (Penuh) Pilihan

Saat  masih sekolah dulu, kita mengenal soal-soal yang bertipe pilihan, mulai dari memilih Benar atau Salah (B – S), lalu menjodohkan antara kolom kanan dan kiri, dan kemudian pilihan ganda. Pilihan Ganda pun bermacam-macam, mulai dari 3 pilihan (a.b.c), 4 pilihan (a.b.c,d), dan 5 pilihan (a.b.c,d,e). Soal-soal bertipe pilihan ini biasanya memiliki bobot nilai yang lebih rendah daripada soal-soal isian jawaban atau esai. Meski demikian soal bertipe pilihan ini menjadi favorit karena selain mudah dikoreksi juga memungkinkan dijawab asal atau menebak (lucky guess, wild shot, menghitung kancing)

Salah satu Profesor di fakultas kedokteran tempat saya belajar dulu pernah berkomentar tentang ujian semester dengan soal pilihan ganda. Menurut beliau, sangatlah konyol karena tidak mungkin seorang pasien datang ke dokter menanyakan “Dok, apakah saya sakitnya A.tipes B. Demam berdarah atau C. Malaria ?” he..he..he..

Meskipun ada sementara orang yang menjalani hidupnya dengan mengatakan tidak punya pilihan lain, sebenarnya hidup itu selalu penuh dengan pilihan. Seorang sahabat yang tidak nyaman bekerja di kantornya meski telah disana lebih dari 10 tahun, sering mengatakan “ saya khan ga bisa keluar dari kantor ini karena bla bla bla bla”. Alasan-alasan yang nampak masuk akal itu telah menghalangi kebebasannya untuk memilih keluar dari kantor atau berpindah k tempat lain yang lebih nyaman.

Hidup itu selalu penuh pilihan dan kita tidak bisa tidak memilih. Seekor kera yang terjebak di dalam tempayan pun punya pilihan untuk lepaskan belenggunya, namun ia memilih untuk tetap terperangkap (cerita tentang kera itu bisa dilihat disini). Sahabat saya yang jenuh di kantornya pun sudah memilih untuk tetap tinggal disana. Mereka sudah menentukan pilihan, bahkan tidak menentukan pilihan itupun adalah sebuah pilihan. Saya jadi penasaran apakah orang yang menjalani hidupnya dalam keraguan, kegalauan, penyesalan ataupun keterpaksaan itu menyadari bahwa mereka sendirilah memilih hal itu?

Lingkungan, situasi, kondisi memang tidak selalu bisa kita kontrol, namun respon yang kita berikan sepenuhnya keputusan kita. Memandang kehidupan sebagai anugerah Tuhan yang penuh keberlimpahan atau sebaliknya adalah pilihan diri kita. Pilihan kita menentukan respon kita. Orang yang merasa berkelimpahan akan bersikap murah hati dan dermawan, sementara yang merasa berkekurangan akan bertindak sebaliknya. Jadi merasa berkelimpahan atau tidak itu merupakan pilihan Anda sendiri kan?

Seorang pasien memang tidak akan memberikan pilihan ganda kepada dokter yang dikunjunginya, namun tidak kalah sering juga bertanya, jadi sakit saya tipes atau demam berdarah dok? Seolah-olah hanya ada dua penyakit itu di dunia ini. Padahal ada banyak sekali penyakit dan menjadi sehat adalah pilihan yang bijak. Bagaimana caranya? Aah pastinya Anda sudah tahu kan?

O ya, ada satu tipe lagi soal pilihan ganda, yaitu ada sebuah pernyataan dan alasan, jika keduanya betul dan berhubungan maka jawabannya A, jika keduanya betul namun tidak berhubungan jawabannya B, jika salah satu salah jawabnya C, dan jika keduanya salah jawabannya D. Soal tipe inilah yang dulu paling tidak saya sukai atau tepatnya saya memilih untuk tidak suka. Ah… ternyata semua itu hanya masalah pilihan rupanya.

nDalem Mondorakan 18.10.12

Leave a comment