Forgiven And Not Forgotten

Forgiven and not Forgotten

Istri saya, Agatha Eliza Novianti, adalah seorang lulusan sastra Inggris dari Universitas ternama di Yogyakarta. Sebagai lulusan penyandang predikat cumlaude, maka kemampuan bahasa inggris tidak perlu dipertanyakan lagi. Di awal-awal pacaran kami dulu,  kepiawaiannya dalam berbahasa inggris ditunjukkan dengan mengoreksi subtitle dari film-film bioskop yang kami tonton berdua. Jadi sepanjang film beliau menunjukkan kepada saya, terjemahan yang benar. Itu dulu, sekarang sudah tidak pernah lagi, bukan karena subtitlenya sudah benar, melainkan karena kami sudah jarang nonton film.

Axl dan Bielle, kedua anak kami, mewarisi kecerdasan Bundanya. Tayangan kesukaan Axl di cartoon network adalah Adventure Time dan Ninja Go, kedua film  berbahasa Inggris itu tidak ada subtitlenya, namun si pemain biola cilik tersebut asyik sekali dengan jalan ceritanya. Bielle lain lagi, kesukaannya dalam bermain game, berbagai games bisa dimainkannya, meskipun petunjuknya dalam bahasa asing.

Melanjutkan topik artikel kemarin tentang luka hati, jadi apa yang harus di lakukan jika masih belum bisa menerima dengan rasa nyaman. Bahkan sudah dilupakan dengan tehnik di artikel ingat dan lupa pun masih muncul kembali. Caranya simpel dan mudah MEMAAFKAN.

Eits, memaafkan? Dia yang menyakitiku kok aku yang memaafkan?  Hehehe, dulu saya juga berpikir begitu. Sahabat, memaafkan adalah proses internal diri kita. Buang hal yang tidak nyaman, itu adalah tanggungjawab kita sendiri. Ibarat kita terciprat lumpur jalanan oleh mobil yang lewat, ya kita cuci sendiri, masak menunggu si pengemudi mobil itu yang membersihkan. Anda mau segera nyaman? Maafkanlah.

Nanti kalau saya maafin dia jadi GeeR?  Persis pikiran saya dulu juga begitu. Saat kita sudah memaafkan, maka kita sudah memulihkan luka hati kita. Bukankah kita sendiri yang perlu segera pulihkan perasaan nyaman di hati kita?  Jadi siapa yang lebih untung?  Lagi pula sahabat memaafkan itu tidak perlu memberi tahu orang yang akan kita maafkan. O ya? Iya, khan memaafkan adalah proses intenal diri kita, kita cukup bilang, iya dulu hal itu sangat tidak nyaman, dan sekarang sudah saya maafkan, simple khan?

OK, kalau begitu lebih mudah. Bagaimana jika dia meyakiti hatiku lagi? Hmmm… Memaafkan adalah untuk hal yang sudah terjadi. Tidak berarti Anda akan mentoleransi jika hal itu akan terjadi lagi. Anda bisa melakukan antisipasi.  Saya memiliki teman yang sudah saya maafkan, dan saya memutuskan untuk tidak menemuinya lagi, boleh kan?

Terus kapan saat yang tepat untuk memaafkan? Setahun yang lalu he..he..he becanda. Kapanpun Anda perlu untuk memaafkan, lakukan saja. Dan lihat seberapa ringannya hati Anda setelah Anda memaafkan. Setelah memaafkan Anda bisa melihat secara berbeda, jika perlu Anda bisa tanyakan pada diri sendiri, hal baik apa yang bisa diperoleh dari peristiwa itu.

Forgiven and not forgotten, memaafkan dan jangan melupakannya. Beberapa teman yang saya tanyakan apa tepatnya yang tidak dilupakan, menjawab tindakan yang menyakiti atau orang yang melakukan. Saat saya tanyakan kepada pakar Bahasa Inggris di rumah saya, dia menjawab “Maafkan dan jangan pernah lupa bahwa hal itu SUDAH DIMAAFKAN.”

Salam Berkelimpahan

The Motivator Doctor, Tepi Pantai Talise Palu, 18.11.12

mau ngobrol dengan saya? bisa follow twitter @DokterAgungKris atau mau undang saya untuk bicara di institusi/komunitas Anda bisa hubungi ke 0812 8493 1800  atau Ingin mengetahui potensi diri Anda? klik disini

5 thoughts on “Forgiven And Not Forgotten

  1. chinta chayank

    hal kecil namun sulit…. ringan tapi berat. tapi kalau tidak memulai dari sekarang, beban perasaan semakin menekan….hehehehehehe tq sobak buat semua artikelnya…. like it

    Reply
  2. Dewi Novita

    yang penting memaafkan diri sendiri, karena tidak bisa menjadi seseorang yang sempurna, penuh kelemahan… dan banyak kesalahan … *itu sudah cukup… untuk permulaan…

    Reply

Leave a comment