Saya Sudah Manis Koq

Saya Sudah Manis Koq

dr agung MANISTak bermaksud eksis ataupun narsis, ketika saya katakan saya sudah manis. Bukan juga karena warna kulit saya yang hiperpigmentasi sehingga sesuai dengan tagline black is sweet. Bukan, bukan itu juga. Bukan pula karena saya tinggal di Jogja yang kondang dengan berbagai masakan kuliner manis, sebut saja gudeg, geplak, dan bakpia yang terkenal dengan rasa manisnya. Sekali lagi tidak ada hubungannya dengan hal itu. Bukan juga karena puber dan jatuh cinta sehingga kemudian alay memanggil pasangan dengan nama honey, sweety, candy, sugar dan nama-nama yang berasosiasi manis lainnya. Btw saya memanggil istri saya Bunda (jika di depan banyak orang) dan Cyin, kependekan dari cinta jika sedang tidak ingat memanggil Bunda.

Back to laptop. Ini semua bermula dari sebuah tayangan dari chanel BBC yang bercerita tentang Gula. Senyawa karbon organik yang memberikan rasa manis pada setiap masakan dan minuman. Tentunya sudah banyak yang tahu bahwa gula bisa berasal dari kelapa, nila ataupun bit, namun mostly tebu.

Berbicara tentang tebu, jadi teringat masa kecil, ketika anak-anak sebaya berlarian di ladang-ladang tebu, bermain dengan glagah atau bunga tebu dan sesekali mencuri eh maksud saya memetik batang tebu yang sudah matang. Pemandangan langka di masa kini, anak-anak menebas batang tebu, memikulnya bak serdadu memanggul bedil, atau seorang atlet yang menenteng lembing.

Ketika sudah sampai di tempat yang aman, batang tebu jarahan itu dipotong-potong dan dikupas kulitnya dengan cara yang mirip dengan cara membelah bambu. Kemudian setelah kulitnya terpisah nampaklah daging tebu yang lagi-lagi mirip dengan bambu, tentu saja mirip karena masih satu family. Bukan kakak adik atau sepupuan, melainkan satu family Poaceae. Ciri family poaceae adalah tanaman beruas-ruas, berbunga tanpa mahkota dan memiliki daun seperti pita. Mirip kan antara tebu dan bamboo, rimanya aja mirip, sama-sama bu, mungkin meski bentuknya panjang-panjang gendernya perempuan, makanya pake bu.

Saking miripnya, bahkan putri bungsu saya pun sempat heran ketika sedang membeli es tebu di sebelah rumah. “Koq bisa ya Yah, bambu diperas keluar cairan manisnya ?” Hehehe dasar anak sekarang, mereka tidak tahu bahwa tebu dikupas, dipotong dan di belah seukuran jari, akan menjadi lebih enak jika dikunyah-kunyah (kriuk-kriuk) dan dicecap-cepat manisnya, sampai tinggal sepahnya, dan kemudian sepah yang tak lagi manis itu dibuang dari mulut. Itulah barangkali asal pepatah habis manis sepah dibuang.

Gula memang tidak pernah terlepas dari kehidupan kita. Mulai dari secangkir teh di pagi hari, camilan di sela-sela makan, bumbu-bumbu masakan (gula merah, saos, kecap), sampai dengan berbagai permen dan variannya. Belum lagi berbagai minuman kemasan, kecuali air mineral tentunya, bisa dipastikan akan selalu terkandung gula di dalamnya. Tak perlulah lagi dilakukan survey seperti quiz family 100, atau survey kemenangan pilkada yang rentan manipulasi, untuk sekedar meyakinkan banyaknya gula yang kita konsumsi sehari-hari.

Nah, menurut rekomendasi dari WHO, intake (asupan) gula yang dianjurkan adalah kurang dari 10% dari total kalori yang diperoleh gula bebas setiap hari. Untuk orang dewasa sehat yang memerlukan 2000 Calori per hari, intake ini setara dengan 50 gram gula ( sekitar 12 sendok teh). Tetapi idealnya, kurang dari 5%, untuk mendapatkan manfaat kesehatan, demikian keterangan tambahan WHO. Maka supaya semakin sehat, sebaiknya hanya mengkonsumsi gula sejumlah 25 gram atau sekitar 6 sendok teh saja setiap harinya.

Maka jika Anda penggemar teh manis, susu manis, coklat atau kopi manis, yang rutin minum setiap harinya, silakan cek berapa banyak sendok teh gula yang dulu Anda tambahkan dalam minuman kesukaan Anda. Berlebih, kurang atau sesuai dengan jumlah yang dianjurkan. Jika berlebih atau pas batas, mungkin baik jika Anda turunkan jumlahnya.

Setelah tahu batasan 25 gram / hari, maka Anda akan surprise dengan banyaknya kandungan gula yang ada dalam makanan dan minuman kemasan. Bahkan sebuah minuman yang diklaim sebagai minuman kesehatan pun memiliki kandungan gula yang menakjubkan

Konsumsi gula yang berlebihan sudah lama diketahui sebagai penyebab karies gigi dan kelebihan berat badan. So, ketika Anda berencana diet untuk menurun berat badan, maka pembatasan konsumsi gula akan menjadi awal yang baik dan masuk akal.

Maka mulailah saya membatasi asupan gula, mulai dari memilih minuman yang tawar, seperti air putih atau teh tawar. Tidak lagi membeli dan minum minuman kemasan, apalagi minuman bersoda yang gulanya melimpah ruah bak cendawan di musim hujan. Mudah ? Tentu saja, toh saya sudah Manis, tidak perlu menambah yang manis-manis. Bagaimana dengan Anda?

Leave a comment