Bekas Luka

Bekas Lukpembicara seminar kesehatana

Suatu kali di sebuah Training, salah seorang peserta mendebat dengan sengit mengenai materi yang sedang dibahas. Trainer yang mengampu materi tersebut dengan senyum dan sabar, meladeni setiap keberatan yang diajukan oleh peserta tersebut.

Materi yang sedang dibahas adalah topik mengenai RELASI, khususnya tentang Forgiving atau Memaafkan. Topik selengkapnya sudah pernah dituliskan di blog ini, Anda boleh klik disini, untuk mendapatkan gambaran tentang topik forgiving yang menjadi pangkal perdebatan.

Sang Trainer mengatakan bahwa forgiving merupakan cara untuk menyembuhkan diri sendiri, sehingga semakin mudah dan cepat memaafkan, akan membawa kesembuhan batin yang lebih cepat juga. Peserta itu kemudian menukas dan berkata berapi-api,” Tidak bisa demikian pak”. “Ibarat luka,” katanya meneruskan argumennya, “Setiap luka akan meninggalkan bekas, sehingga tidak serta merta setelah memaafkan kemudian menyebabkan bekas luka itu menghilang.” Masuk akal.

Argumen peserta tersebut mengingatkan saya tentang kisah seorang anak pemarah Pada suatu masa ada seorang anak yang sangat pemarah, setiap kali marah ia mengeluarkan kata-kata yang kasar yang tidak jarang melukai perasaan orang-orang disekelilingnya. Perilaku anak tersebut tentunya membuat orang tuanya prihatin, maka mereka mencari cara untuk memberikan pengajaran yang berharga kepada si anak.

Ayah dari anak tersebut kemudian memberikan sekantong paku dan sebuah palu, dan berpesan agar setiap kali kamu marah, tancapkanlah paku-paku ini dipagar kayu di depan rumah. Entah bagaimana si anak tersebut menuruti pesan dari ayahnya, maka setiap kali ia marah ia menancapkan sebuah paku dipagar depan rumahnya.Tidak perlu menunggu waktu yang lama maka pagar kayu di depan rumahnya telah poenuh dengan paku-paku yang ditancapkan.

Kemarahan mungkin salah satu emosi yang paling sering dialami oleh banyak orang. Apakah orang tidak boleh marah? Tentu saja boleh, bahkan perlu. Namun sadarilah dan kontrolah kemarahan Anda, jangan sampai kemarahan menghilangkan kesadaran atau bahkan kemarahan yang mengontrol  Anda. Burn your Anger before your anger burn you.

Setelah si anak tersebut reda marahnya, sang ayah kemudian mengatakan, sekarang karena telah reda marahmu, cabutlah paku-paku yang telah ditancapkan dipagar itu. Dan lagi-lagi si anak menurutinya. Ia mencavuti semua paku yang telah ia tancapkan. Setelah paku-paku itu dicabut sang ayah bertanya kepada si anak. Apakah setelah paku-paku itu di cabut, lubang bekas di kayu pagar itu menghilang? Tentu saja tidak, bekasnya masih ada. Dan sang ayah yang bijak itu memberikan pengajarannya, setiap kali kamu marah, kata-kata kasar yang keluar dan perilakumu itu menyakiti orang lain, dan meskipun kemarahanmu itu sudah reda, belum  tentu bekas luka yang diakibatkannya menghilang.

Saya tidak tahu apakah peserta yang mendebat topik forgiving pernah mendengarkan cerita di atas ataukah belum, namun banyak orang di luar sana yang merasa bahwa sakit hati itu tidak mudah hilang. Bahkan ada seseorang yang memasang status di media sosialnya jagalah perkataanmu, karena jika menyakiti orang lain meskipun sudah dimaafkan, tidak akan pernah dilupakan. Kesimpulannya orang ini sebaiknya membaca tulisan forgiven and not forgotten.

Luka di badan kita memang menimbulkan bekas bahkan ada beberapa yang bekasnya begitu kelihatan. Saat luka mengalami kesembuhan maka jaringan dikenal dengan jaringan parut itu merapatkan luka, seperti halnya benang jahit. Jaringan ini malah lebih kuat dan erat dari sebelumnya. Setiap luka memang menimbulkan bekas bahkan tidak jarang bekas terlihat menonjol. Meskipun beberapa krim atau teknik operasi kosmetik mampu menyamarkan bahkan menghilangkan bekas luka sama-sekali.

Jika dalam sebuah medan perang, prajurit yang banyak memiliki bekas luka, dianggap lebih dari yang lain. Karena setiap bekas luka yang ada mempunyai cerita dan memberikan pengalaman kepadanya. Maka ia dianggap lebih dari yang lain. Bahkan sebuah luka  berbentuk petir di dahi seorang anak kecil menjadikannya penyihir terhebat dalam kisah tulisan JK Rowling.

Kembali ke perdebatan di awal tulisan ini. Karena sakit hati dianggap sama seperti luka di badan maka amatlah reasonable bahwa luka tersebut akan meninggalkan bekas yang bahkan tidak pernah hilang. Sang Trainer, yang juga adalah seorang dokter, tersenyum dan berkata dengan perlahan.

“Memang benar, bahwa kadang luka di badan menimbulkan bekas, mungkin juga dengan luka di hati. Memaafkan bukan untuk menghilangkan bekas luka tersebut, namun untuk menyembuhkan lukanya. Siapa di ruangan ini yang memiliki bekas luka di tubuhnya?” Sebagian besar yang hadir di ruangan tersebut mengangkat tangannya.

“Setiap bekas luka di badan Anda, memiliki cerita dan memberikan pengalaman, sama seperti bekas luka seorang prajurit di medan pertempuran. Kabar baiknya adalah bekas luka tersebut adalah luka-luka yang sudah sembuh. Bahkan bekas luka itu menandakan kesembuhan Anda. Sama seperti penyakit cacar air yang meninggalkan bekas bopeng di kulit. Bopeng itu menandakan kesembuhan dari penyakit cacar air, bahkan menjadi penanda bahwa seseorang sudah kebal dari penyakit tersebut.”

Jadi apakah bekas luka masih terasa sakit? Tentu saja tidak. Rasa itu sudah lama hilang. Maka memaafkan telah  menyembuhkan sakit hati, bekasnya? Mungkin belum hilang namun sudah tidak terasa lagi. Sehingga ketika teringat peristiwa yang menyebabkan luka tersebut, yang muncul hanyalah rasa syukur bahwa luka itu sudah sembuh dan itu memberikan banyak pelajaran.

Moralnya : Jangan berdebat dengan dokter soal luka 😛

 

9 Februari 2015

The Motivator Doctor

mau ngobrol dengan saya? bisa follow twitter @DokterAgungKris atau mau undang saya untuk bicara di institusi/komunitas Anda bisa hubungi  email tanyadokteragung@gmail.com

Carilah Pembanding Dengan Bijak

Carilah Pembanding Dengan Bijak


pembicara seminar motivasi pembandingSuatu malam keluarga kami berwisata malam ke daerah Alun-alun kidul Jogjakarta atau lebih dikenal dengan nama ALKID (singkatan dari ALun-alun KIDul). Saya, istri saya dan kedua buah hati kami, Axl dan Bielle, menikmati suasana alkid saat itu. Karena sudah musim libur maka banyak sekali orang yang menikmati nuansa romantisme nan eksotis di selatan kraton Ngayogyakarto Hadiningrat tersebut. Anak-anak kami segera saja berlarian di tengah lapangan sambil menghampiri berbagai penjual mainan yang ada di sana.

Sebuah mainan terbuat dari dua bilah bambu yang panjangnya satu jengkal. Bilah pertama sebagian dibelah menjadi dua dan ditempel plastik hias, menyerupai baling-baling. Ujung satunya diberi kait dan dipasang sebuah lampu LED kecil yang sudah disambungkan dengan baterai. Bilah ini seperti anak panah yang akan dilontarkan ke atas dan jika turun, ia akan berputar seperti baling-baling warna-warni. Bilah kedua menjadi busurnya dengan karet gelang yang menjadi pegas pelontarnya.

Putri kami, Bielle kelas 2 SD, tepatnya setelah masuk sekolah Juli nanti, ingin sekali membeli mainan itu. Penjual pertama yang dihampirinya mengatakan harganya 10.000, saat saya hendak mengeluarkan dompet, istri saya, bendahara Negaraku, menahan sambil berkata, “Ayo Dik kita bandingkan harganya dengan penjual yang lain.”

Alih-alih merengek untuk segera membeli, putri kecilku itu, segera berlari menghampiri penjual mainan yang lain. Ada lebih dari 5 penjual mainan yang berhasil disurveinya. Untuk permainan yang sama, harga mainan itu bervariasi mulai dari yang termahal 10.000, kemudian 8000. Sampai yang termurah 7000. Bielle melaporkan hasil pengamatannya. Sambil tersenyum dan menerima selembar uang 5 ribu dan selembar 2 ribu dia segera berlari ke arah penjual mainan pilihannya.

Tak lama berselang ia telah membawa mainan tersebut dan mulai melontarkannya ke atas dengan ketapel mininya. Satu dua kali ia belum juga berhasil, namun setelah mendapatkan bimbingan dari kakaknya, ia mulai mahir. Bak Arjuna memanah, ia melontarkan panah saktinya ke udara dan kemudian turun menjadi baling-baling bercahaya. Asyik sekali.

Jika menginginkan sesuatu selalu cari pembandingnya, banyak yang lebih baik yang bisa ditemukan kemudian. Jangan mudah percaya bahwa kesempatan hanya datang satu kali, kesempatan itu bisa datang dua kali bahkan berkali-kali. Yang pertama belum tentu yang terbaik, bisa jadi yang terbaik malah yang kedua atau yang terakhir seperti penjual mainan yang disurvey oleh putri cantikku. Pembanding membuat pilihan menjadi lebih mudah.

Menggunakan pembanding yang tepat akan membuat hidup menjadi lebih mudah, lebih indah dan lebih bersyukur. O ya? Kenapa demikian? Suatu kali di masa sekolah, saya pernah (berkali-kali) mendapatkan remidi untuk beberapa mata pelajaran. Remidi berarti harus mengulang ujian akibat nilai ujian sebelumnya tidak melewati nilai lulus yang ditentukan. Awalnya memang  merasa sedih karena mendapat nilai yang kurang baik, namun ketika mengetahui bahwa banyak siswa lain yang mengikuti remidi (hampir separuh kelas), maka perasaan sedih itu menjadi berkurang. Saya membandingkan diri saya dengan separuh kelas yang mengikuti remidi. Ah ternyata gue ga bodo – bodo amat hehehe

Suatu kali dalam sebuah sesi konsultasi, seorang sahabat yang merasa hidupnya menderita karena menyimpan dendam terhadap seseorang, ia merasa tidak mudah untuk memaafkan. Btw, artikel saya tentang memaafkan “Forgiven and Not Forgotten” dapat dibaca di sini. Bahkan ia merasa sangat sulit untuk memaafkan. Maka menggunakan pembanding akan memudahkan dia mengambil keputusan untuk memaafkan. Memaafkan itu tidak mudah. Tidak mudah? Dibandingkan dengan apa? Mana yang lebih mudah, memaafkan atau menjalani hidup yang menderita selama bertahun-tahun? Anda tentunya tahu mana yang lebih mudah bukan?

Mendapatkan pembanding yang tepat, membuat sahabat saya tersebut lebih mudah memutuskan untuk memaafkan. Maka carilah pembanding yang tepat, inilah tipsnya

  1. Jika ingin berpikir besar, carilah pembanding orang-orang yang lebih sukses dari Anda, apa yang sudah di dapatkannya, dan bagaimana cara mendapatkannya.
  2. Jika ingin bersyukur, carilah pembanding orang-orang yang belum sesukses Anda, apa yang Anda anggap biasa dan kurang berharga, mungkin bagi mereka sangat luar biasa dan sangat berharga. Saat Anda biasa makan 3 kali sehari apapun menunya, itu mungkin biasa, namun ada banyak orang di luar sana yang untuk bisa makan satu kali saja perlu bekerja sangat keras.
  3. Jika ingin maju, carilah pembanding orang-orang yang bekerja lebih keras, lebih rajin atau lebih smart. Tirulah caranya. Jika melakukan cara yang sama, maka hasilnya pun akan serupa, itulah gunanya pembanding

Secara umum, jika Anda ingin termotivasi lihatlah ke atas, sedangkan jika ingin bersyukur lihatlah ke bawah. Tentunya Anda paham dengan yang saya maksud lihat atas dan lihat bawah bukan?

Jika ada pembanding yang tepat, tentunya juga ada pembanding yang tidak tepat. Pembanding bisa menjadi sebuah pisau, memudahkan pekerjaaan atau melukai diri sendiri, Orang yang tidak tepat menggunakan pembanding malah tersandera dengan keyakinan yang tidak memberdayakan. Misalnya orang yang membandingkan kelemahan dirinya dengan kekuatan orang lain, perbandingan ini tentunya tidak adil, namun banyak orang yang melakukannya. Ia kaya sedangkan aku kekurangan, Dia ganteng sementara aku jelek dan berbagai contoh lainnya. Hasilnya tentu saja tidak memberdayakan. Jika ingin fair, tentunya harus membanding kekuatan dengan kekuatan, kelemahan dengan kelemahan. Jika kekuatan diadu dengan kelemahan, tentu saja kekuatan yang menang.

Banyak orang bijak seperti saya jumpai, mereka membandingkan antara diri mereka dahulu dengan diri mereka sekarang. Jika menjadi lebih baik, good, jika belum, maka saatnya melakukan perubahaan untuk menjadi diri sendiri yang lebih baik. Anda setuju dengan pendapat ini?

Setelah dimainkan beberapa lama, mainan baling-baling itu mulai tidak sebagus awalnya, saat dilontar ke atas dan terjatuh, putarannya menjadi tidak seimbang. Anak-anak sih tidak terlalu perduli, toh masih asyik untuk dimainkan. Tiba-tiba seorang ibu menghampiri Bielle, meminta mainannya dan memperbaikinya. Rupanya ibu itu adalah ibu penjual mainan. Wah, jadinya dapat DUA keuntungan nih, sudah harganya paling murah, ada pelayanan purna jual lagi. Jadi bijaklah mencari pembanding. Salam berkelimpahan.

27 Juni 2014

The Motivator Doctor

mau ngobrol dengan saya? bisa follow twitter @DokterAgungKris atau mau undang saya untuk bicara di institusi/komunitas Anda bisa hubungi ke 0812 8493 1800 atau email tanyadokteragung@gmail.com

Paradoks Ideal

 

Paradoks Ideal

captain of my soulDi sebuah acara ronda beberapa waktu yang lalu, seorang bapak menceritakan tentang paradok ideal. Di antara seduhan kopi dan camilan malam itu, “guru” yang baru pertama kali saya temui telah membabarkan sebuah hal yang sangat menarik. Saya belum pernah menjumpai hal itu dibahas dalam seminar atau dari buku-buku yang saya baca. Tulisan ini sekedar pemahaman saya tentang apa yang beliau katakan.

Hidup ini sering tidak ideal. Segala sesuatu terjadi tidak seperti seharusnya. Demikian juga dengan orang-orang yang kita jumpai, teman-teman, tetangga bahkan keluarga kita sendiri. Ada saja seseorang atau sesuatu yang tidak ideal, tidak seharusnya. Namun itulah yang membuat kehidupan ini ideal. Demikian katanya membuka obrolan.

Sesuatu yang tidak ideal, justru itulah yang membuatnya ideal. Maksudnya bagaimana pak, tanyaku sambil menyeruput kopi moka kesukaaanku. Misalnya dalam cerita pewayangan, jika negara Hastina milik Kurawa ayem tentrem gemah ripah loh jinawi, aman tentram damai sejahtera sentosa, sama halnya dengan kerajaan Pandawa, maka kisahnya tidak menarik. Penontonnya bubar, pulang ke rumah masiing-masing.

Hmmm, saya mulai menangkap poinnya. Anda pernah membaca buku Mimpi Sejuta Dollarnya Merry Riana? Jika sudah, apa yang membuat buku itu fenomenal? Apakah karena memuat kisah hidup penulisnya, dari seorang yang miskin papa menderita, menjadi seorang kaya raya dan motivator hebat. Seperti yang sudah saya tuliskan di paragraf di atas, buku itu menjadi menarik karena isinya menceritakan kisah kehidupan yang tidak ideal. Bagamana jika isinya adalah kisah hidup seorang anak yang terlahir kaya, orang tuanya kaya, dia sekolah lancar, nilainya baik, kemudian jadi pengusaha yang kaya? Anda masih tertarik membacanya?

Anda mungkin pernah lihat iklan di televisi tentang seorang calon presiden yang kaya raya. Kaya raya karena keluarganya. Kisah hidup sendirinya mungkin tidak menarik, maka dia menceritakan kisah ayahnya yang dulunya miskin. Aneh ya? Tapi biarlah. Kehidupan yang tidak ideal itulah yang ideal.

Kisah Cinderella misalnya. Bagaimana jika diubah seperti ini. Pada jaman dahulu kala ada seorang putri raja bernama Cinderella  yang jatuh hati dengan seorang pangeran. Lalu mereka menikah dan bahagia selamanya. Apa yang bisa diambil inspirasi dari cerita yang demikian? Tidak ada bukan?

Sejak kecil kita diberikan cerita dan dongeng tentang kekuatan untuk mengubah hidup. Dari kehidupan yang miskin papa menjadi kehidupan yang happily ever after. Dongeng Aladin, Cinderela, Joko Tingkir dan berbagai dongeng dari belahan bumi manapun mengajarkan hal ini. Kehidupan yang tidak ideal adalah ideal. Ideal bagi kita untuk mengubah hidup. Ideal bagi kita untuk bertumbuh.

Sebuah quote dari puisi William Ernest Henley berjudul Invictus, menuliskan bahwa “I am the master of my fate, I am the captain of my soul”. Puisi ini menginspirasi almarhum Nelson Mandela, menguatkannya ketika di penjara selama 27 tahun oleh rezim yang berkuasa. Dan ketika Ia menjadi presiden, ia merangkul orang-orang yang memenjarakannya, alih-alih membalasnya. Rolihlahla Mandela memilih menjadi tuan atas takdirnya. Memilih menjadi kapten atas jiwanya. Kondisi yang tidak ideal, malah membuatnya menjadi seorang pemimpin karismatik yang dihormati di seluruh dunia.

Jadi berhentilah menunggu kesempatan yang ideal, karena yang kondisi yang tidak ideal ini adalah kondisi yang paling ideal untuk Anda bertumbuh mengubah hidup seperti yang Anda inginkan. Paradoks Ideal. Demikian penuturan sang guru kehidupan yang saya temui malam itu. Dan kami pun bersiap pulang karena hari sudah menjelang fajar.

23/1/2014

KONDOM, JARUM SUNTIK, DAN PALU

KONDOM, JARUM SUNTIK, DAN PALU

kondom jarum suntik paluBeberapa waktu yang lalu, saya menerima sebuah pesan melalui BB, sebuah Broadcast Message (BM) tentunya. Pesan itu cukup menarik. Dengan mengatasnamakan staf kementrian kesehatan, sang pembuat BM mengaku tidak menyetujui program atasannnya tentang Pekan Kondom Nasional (PKN). Tidak hanya itu saja, ia bahkan mengajak masyarakat untuk menolak PKN, sekaligus mengatakan bahwa ia malu memiliki menteri yang pro seks bebas dll. HIV/AIDS tidak akan selesai dengan membagi-bagikan kondom. Mungkin Anda juga mendapatkan BM tersebut. Atau bila Anda penasaran, bisa mencari berita lengkapnya dengan mencari di google. Beritanya cukup simpang siur

Di jejaring social Facebook dan Twitter, hal ini juga banyak diungkapkan. Penolakan ramai diserukan oleh beberapa tokoh, mulai dari politisi, aktivitis, dan tokoh agama. Salah seorang rekan dokter berkomentar, jangan – jangan setelah dibagikan kondom gratis, nanti juga dibagikan jarum suntik gratis. Koq Jarum Suntik, apa hubungannya? Nah, daripada membahas PKN yang sudah ramai dibahas, mending kita bahas jarum suntik.

Di Baltimore Amerika, kota dengan masalah narkoba, penggunaan jarum suntik yang berganti – ganti di antara pemakai narkoba adalah hal yang biasa terjadi. Penularan penyakit HIV/AIDS tertinggi konon melalui cara ini, pemakaian jarum suntik bersama. Tentu saja juga melalui perilaku seks bebas yang berganti-ganti pasangan. Namun kita tidak sedang mendiskusikan hal yang terakhir ini.

Pemerintah kota Baltimore menyediakan mobil van khusus di lokasi tertentu untuk menukarkan jarum suntik bekas dengan jarum suntik baru. Penukaran ini FREE alias gratis. Ide dasarnya adalah, setiap pecandu dapat menukarkan jarum bekas pakai dengan jarum yang baru, sehingga akan semakin sedikit pemakaian jarum suntik bekas. Jarum suntik bekas yang tercemar virus HIV akan mudah menularkan penyakit ini jika dipakai orang lain. Jadi, menyingkirkan jarum suntik bekas akan memutuskan rantai penyebaran virus HIV, seperti halnya pemakaian kondom. Tetapi kita tidak sedang membahas kondom lho, jadi jangan menghubungkan jarum suntik dengan kondom, apalagi dengan PKN karena memang tidak ada hubungannya.

Dalam ilmu ekonomi, Prinsip Paretto berbicara tentang perbandingan 80 : 20. Delapan puluh persen “pekerjaan”, sebenarnya dikerjakan oleh 20 persen pekerja. Di sekolah misalnya, 80 persen prestasi sekolah dipersembahkan oleh 20 persen siswa sekolah tersebut.

Apa hubungannya prinsip paretto dengan tulisan ini? Seperti halnya penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik ataupun seks bebas, maka 20 persen pelaku bertanggungjawab atas 80 persen penularan yang terjadi.  Saya jadi teringat sebuah survey kecil yang dilakukan sekelompok mahasiswa terhadap perilaku seksual remaja di sebuah kecamatan. Salah satu pertanyaan di kuisioner tersebut adalah, ‘Pernahkan Anda melakukan hubungan seksual?’ Semua responden adalah remaja yang belum menikah. Dari kuisioner itu, hanya sedikit responden yang menjawab pernah. Responden yang sedikit itu mengakui pernah melakukan hubungan seksual dengan beberapa orang. Apakah itu sesuai dengan prinsip paretto? Mungkin iya mungkin juga tidak.

Menariknya, dari penelitian yang dilakukan John Hopkins University tentang penukaran jarum suntik di Baltimore, ditemukan sesuatu fakta di luar dugaan. Semula mereka mengira akan banyak pecandu yang datang berduyun-duyun untuk menukar jarum suntik mereka. Ternyata, yang datang hanyalah beberapa pecandu yang sama, dengan membawa banyak sekali jarum suntik bekas. Orang-orang ini mengumpulkan jarum suntik bekas dan menukarkannya dengan jarum suntik yang baru dan membagikannya kepada pencandu yang lain, dengan bayaran tentu saja. Inilah 20 persen orang yang mengerjakan 80 persen pekerjaan. Sebuah ide yang kreatif.

Maka sebuah pertanyaan kreatif juga, Apakah kebijakan yang dilakukan pemerintah kota Baltimore dalam memerangi penyebaran HIV/AIDS dengan menukarkan jarum suntik, merupakan dukungan terhadap pemakaian narkoba? Apakah merupakan kampanye pemakaian narkoba?

Yah, tergantung dari sudut pandang Anda melihatnya. Namun jika Anda berpikiran terbuka, tentunya jawabannya tidak. Karena faktanya, di Baltimore memang banyak pecandu narkoba. Di antara para pecandu ini, ada 20 persen orang yang bertanggungjawab terhadap 80 persen penularan penyakit. Kebijakan penukaran jarum suntik diharapkan memutus mata rantai penularan penyakit tersebut.

Mungkin ada yang berpendapat, ah itu sama saja dengan memfasilitasi mereka. Kebijakan itu malah memberikan kemudahan untuk meneruskan kecanduan mereka. Seharusnya mereka diberikan rehabilitasi, penyuluhan dan pembinaan. Tolak penukaran jarum suntik! Ya ya itu hak Anda. Seseorang yang hanya memiliki palu, maka akan melihat setiap permasalahan sebagai paku. Sehebat-hebatnya palu, maka ia hanya bisa menggetok, memukul dan mencabut paku. Seorang montir tidak hanya memiliki palu, karena dia tahu tidak setiap kerusakan bisa diperbaiki dengan palu. Dan, apakah anda mau memperbaiki kendaraan Anda kepada bengkel yang hanya memiliki palu?

Sekali lagi, tulisan ini jangan dihubungkan dengan Pekan Kondom Nasional dan berbagai aksi penolakannya, karena memang tidak ada hubungannya. Dan setiap orang bijak tahu, palu tidak menyelesaikan semua masalah. Stay Wise and Healthy

3 Desember 2013

Menunggu

Menunggu

menunggu pembicaraseminarmotivasi.wordpress.comKata orang menunggu itu adalah pekerjaan yang kurang menyenangkan. Menunggu antrian misalnya, atau menunggu janjian untuk ketemu klien, menunggu kemacetan reda atau menunggu jam pulang kerja. Menunggu adalah waktu yang terbuang dengan percuma, demikian menurut pendapat orang.

Saat saya koass dulu, dimana jadwal mentoringnya sangat fleksibel, maka paling tidak menyenangkan adalah menunggu bertemu dosen. Apalagi jika dosennya adalah dokter terkenal yang sangat sibuk. Kami harus datang pagi-pagi untuk sekedar bisa meminta waktu untuk berjumpa. Sudah bertemupun kadang dosen masih meminta untuk bertemu lagi minggu depan.  “Minggu depan jadwal mentoring Dok?” “Bukan, minggu depan ketemu lagi untuk menentukan kapan jadwal mentoringnya”. Ya ampuuun

Namun menunggu tidak semata-mata tergantung orang lain, seperti cerita diatas. Banyak juga yang tergantung pada diri sendiri, maksudnya? Menunggu saat tepat untuk melakukan sesuatu. Sesuatu itu bisa sebuah tugas, kesempatan atau proyek baru, apapun itu. Bukankah ada sementara orang yang dengan sengaja menunggu saat yang tepat. Entah apa yang dimaksudkan dengan saat yang tepat itu.

Apa jadinya jika kita kerjakan sekarang? Hal baik apa yang mungkin muncul jika kita melakukannya hari ini, saat ini? Anda punya rencana yang belum terlaksana? Do it now, right here, right now.

Saat yang tepat adalah saat dimana diri kita siap secara mental, artinya kita sendiri yang menentukan waktunya kesiapan mental kita. Menunda waktu tidak selalu menjadikan kesiapan mental kita menjadi lebih baik. Jadi bagaimana dong, jika kita belum siap secara mental? Jawabannya mudah, siapkan mental Anda sekarang.

Caranya? Wow pertanyaan yang cerdas. Menyiapkan mental. Pertama gerakan badan Anda. lho katanya siapkan mental koq gerak badan? Mind body itu satu kesatuan, Anda bisa lihat penjelasan detailnya di DVD Healthy Life Healthy Mind. Menggerakkan badan itu bisa berarti stretching, lompat2, menari, walking, jogging, berenang, fitness hehehe. Pilih saja yang memungkinkan dan nyaman buat Anda. kalo saya lebih menyukai walking.

Sambil jalan, saya mulai bayangkan kegiatan apa yang akan lakukan. Seperti halnya melihat sebuah film, saya  lihat setiap rencana yang akan saya lakukan. Saya melihat diri saya di dalam film itu, melakukan setiap kegiatan dengan detail, kadang saya tambahkan suara musik yang membuat semangat semakin tinggi. Saya melihat respon orang-orang yang berinteraksi sangat positif, tersenyum dan mengatakan hal-hal yang memotivasi. Tidak hanya proses yang saya lakukan melainkan sampai dengan hasil yang sesuai dengan keinginan. Saya menjadi sutradara sekaligus pemain utama di dalam film visualisasi itu. Setelah film selesai, saya masuk ke tahap selanjutnya.

Di tahap ini, saya tidak lagi menjadi penonton, melainkan menjadi pemain. Saya menjadi diri saya yang tadi saya lihat, saya menyatu dengannya. Melihat apa yang dia lihat, merasakan apa yang dia rasakan dan mendengar apa yang dia dengar. Saya masuk ke dalam realita yang tadi saya filmkan. Dan rasanya luar biasa sekali. Kejadian-kejadian dalam pikiran itu menjadi begitu nyata bagi panca indera. Saya detailkan hasil yang saya inginkan. Jika Anda bisa melihatnya,mendengarnya dan bisa merasakannya, maka Anda bisa mendapatkannya. Setelah semua selesai, saya ucapkan terimakasih kepada sang Pencipta kehidupan.

Jika Anda tahu ternyata kita berkuasa memanfaatkan waktu dan mengelola mental kita, maka kita mengatakan bahwa setiap waktu adalah saat yang tepat bukan? Jadi kapan saat yang tepat itu? SEKARANG.

Seandainya saya sudah mengetahui kekuatan bertanya saat saya masih koass dulu, maka saya akan mengatakan demikian, “Karena kami diminta kepala bagian untuk mendapatkan mentoring dari dokter sebelum minggu depan, jadi kira-kira apakah dokter akan memberikan mentoring nanti sore, besuk pagi atau lusa pagi Dok?” “ Hari ini dan besuk saya tidak bisa”.” Oo kalo begitu lusa ya Dok, pagi hari atau siang hari Dok longgarnya?” “Iya deh siang hari”. Gotcha

2 Agustus 2013

Selamat Menunggu Buka Puasa

Ilustrasi gambar diambil dari sin

Ramalan

Ramalan

peramal dr agung kristiantoRamalan Bintang. Kehidupan Anda minggu ini akan penuh dengan kejutan yang menggembirakan. Keuangan. Banyak rejeki yang tidak terduga. Asmara. Bertemu Cinta yang berkobar-kobar. Kesehatan. Semakin bugar setiap saat. Pertanyaannya bintang apa yang isi ramalannya seperti itu?

Suatu kali dalam penerbangan dari Jakarta ke Yogyakarta, saya bertemu dengan seseorang yang istimewa. Dia adalah seorang nenek orang india yang telah menjadi warga negara Indonesia. Sepanjang penerbangan itu beliau tidak henti-hentinya meramalkan nasib saya dan keluarga saya.

Sudah beberapa kali saya bertemu dengan seorang Fortune Teller. Pertama kali, saat saya berusia anak-anak, bersekolah SD kalau tidak salah ingat. Orang itu mengatakan bahwa saya akan bersekolah asrama di kota Magelang dan akan menjadi seorang pastur. Salah satu sekolah pastur memang berada di kota Magelang. Sebuah sekolah berasrama bernama Seminari Mertoyudan. Namun beliau mengatakan semua itu adalah pilihan saya. Setelah lulus dari SMP favorit di kota Yogyakarta, saya melanjutkan di sekolah berasrama di kota magelang namun bukan di seminari. Hidup adalah pilihan.

Kali kedua saya bertemu fortune teller adalah saat saya transit di sebuah kota di Kalimantan. Saat itu saya telah menjadi seorang dokter. Beliau mengatakan, bahwa 4 tahun kedepan adalah saat terberat di dalam hidup saya, namun sesudahnya semuanya akan menjadi lebih mudah.

Tentunya ramalan-ramalan semacam itu sudah sering di alami oleh banyak orang. Mungkin Anda juga. Beberapa orang bahkan sangat konsisten dan persisten untuk mempercayai setiap kata dan nasehat dari para peramal tersebut. Beberapa tahun yang lalu seorang sahabat mengganti namanya, katanya nama barunya akan membawa keberuntunngan di dalam hidupnya. Ternyata setelah mengganti nama tersebut kehidupannya menjadi lebih baik, lebih kaya dan lebih bahagia.

Sekali waktu ketika saya bertugas di RS di Jakarta, ada seorang fortune teller yang sering berkunjung ke RS. Salah seorang perawat mendorong saya untuk menemui bapak itu. Kenapa saya harus menemuinya? “Dia bisa melihat masa lalu Dokter lho”, kata perawat saya. “Saya juga bisa melihat masa lalu saya,” kataku. “Dia bisa melihat masa depan lho,” kata perawat saya tidak mau kalah.

Self-fulfilling prophecy

Jika ada yang sangat percaya dengan sebuah ramalan, mungkin sebaiknya anda mengetahui self-fulfilling prophecy. Apa itu? Ramalan atas diri sendiri yang akan terpenuhi. Bagaimana jika Anda meramalkan bahwa mulai saat ini diri Anda akan semakin sehat, semakin kaya, semakin bahagia? Apa yang akan terjadi ketika Anda melihat diri Anda semakin sehat? Apa yang terjadi jika diri Anda semakin kaya? Bagaimana rasanya jika Anda semakin bahagia?

Ah, mana bisa meramal diri sendiri, itu perlu kemampuan khusus tahu, perlu kesaktian. Mungkin ada yang mengatakan demikian. Yah mungkin demikian jika kita meramalkan orang lain, bagaimana jika meramalkan diri sendiri?

Pernahkah Anda mengalami hari ketidakberuntungan dimana sepanjang hari itu berbagai ketidakberuntungan menghampiri Anda? Beberapa hari yang lalu, saya kalah bermain kartu UNO dengan anak-anak saya. Lima kali berturut-turut saya dikalahkan oleh Axl (9 tahun) dan Bielle (6 tahun).

Ternyata keberuntungan itu memilik pola dan ketidakberuntungan juga begitu, sehingga yang perlu dilakukan hanyalah men-switchSwitch pola diri Anda sekarang ke pola yang Anda inginkan. Banyak orang sukses melakukannya, mungkin sekarang saatnya Anda lakukan.

Saat saya dikalahkan 6 times in row, maka yang saya lakukan adalah bertepuk tangan keras-keras, menarik nafas panjang dan membayangkan kemenangan dan keberuntungan menghampiri saya. Then I winn. Kemenangan di akhir itu lebih berharga, lihat saja jagoan-jagoan di film, bukankah mereka kalah di awal dan menang di akhir? He he he he. Sebenarnya Anda bisa menang dari awal sampai akhir jika tahu polanya.

Meramalkan diri sendiri itulah yang penting. Saya malah curiga bahwa sebenarnya apa yang kita yakini tentang ramalan itu jauh lebih penting daripada isi ramalan. Saat orang mengatakan bisa melihat masa depan Anda, kenapa tidak Anda ramalkan sendiri masa depan Anda seperti apa? Bukankah kita memastikan masa depan dengan menciptakannya? Demikian yang saya katakan kepada perawat saya. Masa depan kita itu, kita sendiri yang menciptakan.

Jika tahun-tahun Anda diramalkan suram, dan Anda percaya, maka itulah yang terjadi. Lalu apa yang dilakukan dong? Cerahkan masa depanmu, tambahkan warna-warna kesukaan, iringi dengan musik yang menyemangati, berikan aroma terapi favorit, tingkatkan perasaan dan booster keyakinan diri Anda bahwa hidup Anda akan berkelimpahan, mulai sekarang dan seterusnya.

Setiap kali bertemu dengan seorang fortune teller, maka sikap saya selalu sama. Jika dia mengatakan hal yang baik akan saya aminkan, sedangkan jika sebaliknya tidak saya pedulikan. Katakan dan ramalkan hanya kebaikan bagi diri Anda, bukan isi ramalan yang penting melainkan apa yang Anda percayai bukan?

Jadi bintang apa yang diramalkan di awal tulisan ini? Apa pun bintangnya Anda bisa jadikan itu milik Anda, jika Anda mau.

The Luckiest Day of MyLife

The Motivator Doctor

PS, Sudah pesan DVD Healthy Mind and Life? Bergaransi! Silahkan lihat cuplikan serunya  disini

Kacamata

Kacamata

Agung Kristianto artikel kacamataSebuah cerita yang sangat menginspirasi akan saya tuliskan ulang untuk Anda. Cerita ini saya dengar langsung dari seorang pembicara hebat dan terapis handal, siapakah dia? Ijinkan rasa penasaran Anda menunggu terlebih dahulu.

Seorang anak kecil sedang menggembalakan kambing-kambingnya. Tiba-tiba terdengar suara gamelan bertalu-talu dan riuh keramaian di kejauhan menarik perhatiannnya. Sebuah pertunjukan jathilan. Permainan kuda lumping yang kala itu adalah sebuah pertunjukkan hiburan favorit.

Layaknya gula yang menarik kedatangan semut-semut, maka pertunjukkan kuda lumping tersebut menjadi pusat kerumunan orang, terutamaa anak-anak. Jika anak-anak ramai berkumpul pastinya juga akan mengundang kedatangan para pedagang mainan. Salah satu pedagang mainan favorit sang gembala adalah penjual kaca mata. Kacamata mainan pada masa itu terbuat dari bambu yang dilengkungkan menjadi angka delapan, kacanya terbuat dari kertas minyak warna-warni dan gagangnya adalah sepasang karet gelang.

Anak gembala itu membeli 3 buah kacamata itu, satu berwarna merah dan 2 lainnya berwarna hijau. Kaca mata berwarna merah itu kemudian dipakainya, sedangkan kedua kacamata lainnya di kenakan pada kambing-kambingnya. Sambil mengenakan kacamata mainan rersebut bocah gembala menyaksikan jathilan sambil menari-nari mengikuti irama gamelan.

Pertunjukan jathilan adalah kesenian magis. Beberapa pemain yang mengalamai “trance” mampu melakukan hal-hal yang di luar akal. Memakan pecahan kaca, menjilati besi membara atau mengupas kelapa dengan gigi-giginya. Atraksi-atraksi semacam inilah yang selalu ditunggu-tunggu.

Orang-orang sering merasa takjub dengan hal-hal yang dirasakannya tidak biasa, mereka sering terpana dengan kejadian di luar diri mereka. Keberhasilan orang lain, kesuksesan orang lain, kehebatan orang lain. padahal dalam diri sendiri terkandung potensi yang sama dengan yang dimiliki oleh orang-orang yang dikagumi tersebut. Tergantung bagaimana kita mengolah potensi kita tersebut.Tuhan tidak menyediakan hasil panenan, namun Ia hanya menyediakan bibitnya.

Selama pertunjukkan, orang-orang tersihir oleh kepiawaian para pemain jathilan tersebut. Namun tidak ada yang tidak berakhir. Pertunjukan itupun akhirnya selesai. Ditutup dengan pemain yang berkeliling meminta saweran dan penonton mulai membubarkan diri.

Setelah terlena selama pertunjukkan jathilan tersebut, anak gembala tersadar bahwa kambing-kambingnya telah pergi dari sisinya. Maka dengan sedikit merasa was-was dan bersalah, anak gembala tersebut mencari kemanakah kambing-kambingnya.

Tak jauh dari tempat pertunjukan tersebut ada sebuah tempat sampah. Dan kambing-kambing berkacamata itu sedang memakan sampah. Kok bisa? Bukankah kambing terbiasa makan rumput-rumput berwarna hijau? Karena memakai kacamata berwarna hijau, maka semua yang dilihat akan berwarna hijau. Langit hijau, batu hijau, air hijau, bahkan sampah pun berwarna hijau.

Terkadang kita lupa menyadari bahwa segala hal kita lihat melalui kacamata persepsi kita masing-masing. Jika persepsi kita merah, maka segala hal akan terlihat merah. Jika hijau maka semua akan berwarna hijau. Saya jadi teringat sebuah postingan seorang sahabat di sebuah grup facebook, ketika terjadi perdebatan sengit. Tidak mungkin Anda melihat kebenaran ketika Anda mengharapkan sebuah kebohongan. You wiil get what you focus on. Ganti kacamata Anda maka akan terlihatlah sebuah dunia yang berbeda

Saat Anda merasa belum bisa memahami seseorang, maka melihat melalui kacamata orang tersebut akan membuat Anda lebih mudah untuk memahaminya. Mungkin orang itu adalah pasangan hidup Anda, anak-anak Anda, atasan Anda, bawahan Anda, siapapun mereka. Anda bisa mudah untuk mengerti dan memahami, jika melihat dengan kacamata yang sama.

Apakah Anda masih ingin tahu darimana cerita kambing berkacamata ini? Dari seorang terapis dan trainer hebat. Bahkan beliau adalah trainernya para trainer, jago dongeng dan sulap, pengajar Clean Laguage serta pemilik Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Angon di Yogyakarta. Jika Anda mau mendapatkan hal positif dari beliau, silahkan follow twitter @istotoNLP atau add friend facebook Istoto Suharyoto. Mungkin Anda bisa belajar dari seorang ahli seperti beliau dan saya telah membuktikannya.

Salam,

NB, Sudah memesan DVD Healthy Mind and Life? Silahkan lihat cuplikannya disini

Momentum : Batu dan Besi

Momentum : Batu dan Besi

momentumDi salah satu pelatihan Training of Trainer, salah seorang peserta memberikan sebuah pertanyaan. Jika batu dan besi diadu, manakah yang akan menang. Ruang training sepi sejenak, semua orang sibuk membayangkan, manakah yang akan menang jika keduanya diadu. Kemudian ada yang menjawab BESI, besilah yang akan menang. Bukankah para pengrajin patung mengukir batu menggunakan tatah yang terbuat dari besi? Bukankah para tukang pemecah batu menggunakan palu besi untuk memecah batu?

Kemudian ada juga yang berteriak BATU, batu yang akan menang. Bukankah permainan gunting-batu-kertas, batu mengalahkan gunting yang terbuat dari besi? Salah seseorang yang sibuk berpikir, kemudian berkata tergantung dari batunya dan tergantung dari besinya.

Jika kemudian ditanyakan, mana yang lebih mudah, membangun kebiasaan baru atau membuang kebiasaan lama? Mana yang akan gampang , menjadi antusias, optimisme dan pengharapan ataukah melepas galau, pesimistis dan putus asa?

Pertanyaan – pertanyaan di atas mengingatkan saya tentang dongeng suku indian yang saya baca disebuah buku. Seorang kepala suku indian yang bijak menasehati anaknya. Di dalam dirimu ada 2 serigala yang terus menerus bertempur. Serigala hitam dan serigala putih. Lalu siapakah yang akan menang? Tanya si anak.

Momentum

Momentum adalah gerak, setiap benda yang bergerak memiliki momemntum. Dalam ilmu fisika momentum dirumuskan sebagai perkalian antara massa dan kecepatan gerak. Momentum seperti angin yang mendorong layang-layang, memberikan kekuatan yang luar biasa. ( M = m x V)

Momentum menghancurkan kelembaman (artikel tentang kelembaman ada di sini) kelembaman adalah kondisi statis, status quo. Sedangkan momentum merupakan kondisi yang dinamis. Kekuatan dari momentum jika diarahkan dengan benar akan mampu membangun hal-hal baru sekaligus membuang hal-hal yang lama.

Bagaimana membuang kebiasaan lama? Miliki momentum, mulailah dengan membangun kebiasaan baru. Caranya? Lakukan saja kebiasaan baru Anda. Memulai hal baru ini sama artinya dengan memulai sebuah momentum. Semakin sering anda mengulangi kebiasaan baru tersebut, semakin tinggi momentum Anda, semakin cepat Anda melakukan kebiasaan baru Anda, semakin tinggi momentum Anda. Pada akhirnya momentum yang tinggi akan menghapus hal-hal statis, menghapus status quo, termasuk kebiasaan-kebiasaan lama yang hendak Anda buang.

Kunci momentum ada dua, yang pertama kecepatan, semakin cepat, semakin tinggi sebuah momentum. Kunci yang kedua adalah massa, semakin besar massa semakin besar momentumnya. Jadi saat Anda ingin membangun sebuah momentum, Do it quickly and do it masively. Dengan itulah maka momentum akan semakin tinggi.

Pertarungan antara serigala putih dan serigala hitam, antara kebaikan dan bukan kebaikan dalam kisah indian tadi dimenangkan oleh siapa? Tentu saja dimenangkan oleh serigala yang paling sering diberi makan. Pikiran, perkataan dan perbuatan, itulah makanan dari kedua serigala itu. Jika berpikir baik, berkata-kata baik, berbuat baik, maka kita memberi makan serigala yang baik. Begitu pula sebaliknya.

Jadi manakah yang lebih mudah? Membangun kebiasaan baru atau membuang kebiasaan lama? Mana yang akan gampang, menjadi antusias, optimisme dan pengharapan ataukah melepas galau, pesimistis dan putus asa? Pertanyaan yang tricky jika Anda menyadarinya, karena apapun jawaban Anda, artinya Anda setuju untuk membangun momentum di dalam hidup Anda. Caranya? Lakukan hal yang baru, sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya. Pasti perubahan akan menjemput Anda dengan kecepatan kereta shinkansen

Setelah membaca artikel Anda sampai disini, maka pasti mudah bagi Anda untuk menjawab pertanyaan di awal artikel. Jika besi dan batu diadu mana yang akan menang. Jika dianggap tingkat kepadatan sama, maka yang memiliki momentumlah yang akan menang. Memang hukum alam senantiasa selaras dengan kehidupan. Bagaimana pendapat Anda?

Surabaya – Solo – Jakarta

The Motivator Doctor

NB

Sudah melihat Thriller baru DVD Seminar Healthy Mind and Life? Silahkan klik disini

I+ , Intensi Positif

I+ , Intensi Positif

INTENTION + Agung KristiantoSuatu ketika sebelum masa perang Bharatayuda, bertemulah Dewi Kunti –  ibunda para Pandhawa, dengan Adipati Karna. Sang Adipati adalah panglima perang Kurawa. Seorang ksatria yang kesaktiaannya setara dengan Arjuna. Di dalam pertemuan itu terjadilah pembicaraan dari hati ke hati antara seorang ibu dengan putra pertamanya. Benar, Adipati Karna adalah putra pertama Dewi Kunti yang artinya adalah kakak dari para Pandhawa.

Ibu Kunti membujuk ananda sulungnya untuk bergabung dengan adik-adiknya berperang melawan Kurawa.” Sebagai seorang kakak, sudah menjadi kewajibanmu untuk melindungi adik-adikmu,” demikianlah bujuk sang Ibu. Sang Narpati Basukarna tidak bergeming dengan bujukannya ibunya. Baginya Perang Baratayuda harus terjadi, dan bila itu terjadi maka sudah menjadi kewajibannya sebagai sorang ksatria, seorang senopati untuk membela kerajaannya. Meskipun harus melawan adik-adiknya sendiri. Kenapa demikian?

Fragmen di atas adalah bagian dari cerita wayang Kresna Duta, Kresna Sang Utusan. Kisah ini merupakan permulaan perang Baratayudha, perang besar yang bermakna ganda. Makna pertama adalah perang kebaikan dan kejahatan, yang tentu saja akan dimenangkan oleh kebaikan. Makna kedua adalah karmapala, tempat  menuai hasil perbuatan, jika Anda berbuat baik maka kebaikanlah yang didapat, jika berlaku tidak baik maka ketidak baik pula yang di dapat. Karmapala ini tidak hanya menuai perbuatan buruk dari pihak yang jahat, namun juga perbuatan buruk dari pihak yang baik. Abimanyu – putra arjuna – gugur, dia termakan sumpah dustanya sendiri. Bagaimana kisahnya? Mungkin saya ceritakan lain waktu.

Setiap orang memiliki niatan (intensi) di dalam hatinya. Niatan itu muncul dalam setiap perkataan dan perbuatan. Menariknya adalah intensi itu kebanyakan – saya tidak berani mengatakan selalu, bermakna positif. Intensi positif ini muncul dalam tindakan positif maupun yang tidak.  Seseorang yang rajin belajar, intensi positifnya adalah menguasai pelajaran yang bermanfaat bagi kehidupannya. Orang yang tidak rajin belajar pun memiliki intensi positif. Intensi positifnya menghindari ketegangan, ingin bersantai, menikmati permainan dan hal-hal lainnya.

Jadi bisa ya perbuatan yang tidak positif itu memiliki intensi yang positif? Tentu saja. Berbagai kecurangan di dalam UAN yang ramai diberitakan beberapa waktu lalu, merupakan perbuatan yang tidak positif. apakah memiliki intensi positif? Kira-kira apa intensi positifnya? Supaya anak didiknya bisa lulus, supaya sekolahnya mendapatkan prestasi. Intensi positif belum tentu dimunculkan dalam perbuatan yang positif.

Lalu apa manfaatnya mengetahui intensi positif ini? Mengetahui intensi positif bermanfaat saat kita memutuskan untuk menghilangkan kebiasaan yang kurang baik. Kebiasaan menunda misalnya, maka ketahuilah dulu apa intensi positif dari kebiasaan menunda itu. Memangnya ada? Tentu saja ada, misalnya saya sedang menunggu mood khusus untuk mengerjakan hal itu, dengan mood khusus ini saya bisa mengerjakan dengan cepat dan baik. Intensi lain saya masih ingin menikmati kegiatan yang lain dulu.

Seseorang yang membuat keputusan untuk berhenti merokok sekarang. Orang tua yang menasehati agar anaknya berhenti dari kebiasaan yang tidak baik. Mereka semua harus menemukan intensi positif dahulu dari setiap hal yang akan dibuang tersebut.

Setelah Anda ketahui intensi positifnya, maka saat membuat kebiasaan baru, pastikan intensi positif tersebut tetap terpenuhi. Perlu mood khusus agar hasilnya optimal? Ciptakan mood khusus itu sekarang supaya hasilnya tetap optimal. Mau anak-anak tetap lulus dan sekolah berprestasi, berikan persiapan mental dan materi, gunakan metode Hypno Learning seperti yang pernah saya sampaikan di banyak sekolah. Ubah caranya dengan yang lebih baik dan pastikan intensinya tetap terpenuhi.

Apakah intensinya Adipati Karna sehingga berani menolak permintaan bundanya? Baginya kejahatan para Kurawa itu harus segera dihancurkan dalam perang besar. Karena provokasinyalah maka Bharatayuda terjadi. Tanpa provokasi dan bantuannya, Kurawa tidak akan berani melawan para Pandawa. Maka secara lahir dia mendukung kurawa, namun secara batin dia menjerumuskan kejahatan menuju kehancuran. Intensi positif itu yang membuatnya menolak bujukan ibunya. Intensi positif itu juga yang membuatnya berani mengorbankan nyawa, gugur ditangan adik-adiknya.

Lalu intensi positif apa yang Anda miliki?

Salam

The Motivator Doctor

NB.

Apakah Anda sudah tahu ada cuplikan video seminar Healthy Mind Healthy Life di blog ini? Seminar ini merupakan salah satu seminar terbaik yang saya bawakan.

Anda mau mendapatkan rekaman full sessinya? Anda bisa pesan DVD seminar live “Healthy Life Healthy Mind”, hanya seharga 75rb.

Moneyback Garansi, jika Anda tidak mendapatkan manfaat dari DVD tersebut silahkan kembalikan DVDnya dan uang Anda saya kembalikan. Bagaimana cara pesannya silahkan sms ke 0812-8493-1800 atau email ke tanyadokteragung@gmail.com atau add pin BB 227 BD 1B8

Silahkan Anda lihat cuplikannya di sini, pasti Anda menyukainya.

 

Seri HeartWork : Efektif Dan Efisien

Seri HeartWork : Efektif Dan Efisien

HeartWork  Efektif dan efisienSeorang Profesor saya dulu pernah membahas sebuah lagu jawa di dalam kelas. Beliau memang seorang dosen filsafat dan ahli adat budaya Jawa. Bahkan sering kali beliau menyatakan dirinya sebagai Konsultan Kraton Yogyakarta. Anda tentunya tahu arti konsultan bukan? Jika Anda mengatakan konsultan adalah seorang ahli tempat berkonsultasi seperti saya dulu mengira, maka Anda kurang tepat. Sang profesor ini memiliki arti sendiri tentang kata konsultan itu.

Lagu yang dibahas di kelas adalah lagu mainan anak-anak kecil yang berima seperti pantun. Syair lengkapnya seperti ini, e dhayohe teko, e gelarno kloso, e klasane bedhah, e tambalen jadah, e jadahe mambu, e pakakno asu, e asune mati, e kelekno kali, e kaline banjir, e buangen pinggir. Saya terjemahkan untuk para sahabat yang belum paham. Eh ada tamu datang, eh segera tikar dibentang, eh tikarnya sobek, eh ditutup ketan, eh ketannya basi, eh berikan saja pada anjing eh anjingnya mati, eh buanglah di sungai, eh sungainya banjir, eh buanglah di pinggir.

Pembahasan lagu bertahun-tahun yang silam itu, membuat saya mengingat kembali materi efektif dan efisien. Efektif adalah (tindakan yang) mendatangkan hasil guna. Efisien adalah (tindakan yang) sesuai untuk mengerjakan sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga,dan biaya. Efektif dan efisien, dua kata yang sering bergandengan dan berurutan. Lebih penting efektif atau efisien? Bisakah efektif tanpa efisien, atau efisien tanpa efektif?

Cara efektif untuk mendatang seseorang ke rumah Anda adalah cara yang berhasil membuat orang datang ke rumah. Entah Anda datangi dan diajak ke rumah, atau diberikan undangan lewat kurir, atau lewat telepon, email, sms, BBM atau cara yang lainnya. Cara efisien adalah cara yang paling mudah dan murah untuk mengundang orang itu ke rumah Anda. Analogi mendatangkan orang ini tentunya bisa diganti dengan mendatangkan pelanggan, profit, kelulusan, jodoh dan lain-lain.

Cara efektif adalah cara yang berhasil. Bagaimana kita memastikan bahwa cara yang kita lakukan adalah efektif? Lihat hasilnya. Jika hasilnya sesuai dengan yang kita inginkan maka cara itu bisa dikatakan efektif. Seorang ibu pernah berkeluh kesah tentang anaknya,” Anak saya ini, sudah berkali-kali saya nasehati, namun tidak menurut juga”. Hehehehe Anda tentunya tahu sekarang bahwa cara menasehatinya tidak efektif. Mengulang-ulang cara yang tidak efektif hanya akan mendatangkan hasil yang sama yaitu hasil tidak kita inginkan. Jika ingin hasil yang berbeda gunakan pendekatan yang berbeda. Simple khan?

Bisakah cara yang dulunya efektif menjadi tidak efektif? Tentu saja, kenapa tidak? Perubahan adalah hal yang pasti. Itu yang membuat kita senantiasa berkembang dan berubah. Seseorang atau sebuah organisasi yang merasa cara-caranya sudah tidak efektif lagi, artinya alarm perubahan telah berbunyi. Change, ubah caranya, ubah pendekatannya.

Baiklah, cara yang efektif sudah tahu lalu bagaimana dengan cara yang efisien? Cara yang efisien adalah cara yang mudah dan murah selama hasilnya efektif. Artinya cara efisien haruslah dipastikan terlebih dahulu merupakan cara yang efektif. Jadi ada ya cara efisien yang tidak efektif?

Cara efisien mengundang orang datang ke rumah mungkin dengan menggunakan sms atau BBM. Jika kemudian cara itu tidak berhasil, maka itu bukanlah cara yang efektif. Dan jika sebuah cara tidak efektif maka cara efisien tersebut kehilangan nilainya. Cara efisien untuk mengundang pelanggan adalah menggunakan iklan, namun iklan yang seperti apa yang efektif itu perlu dipelajari.

Lagu dolanan bocah yang dibahas di ruang kuliah Fakultas Kedokteran bertahun-tahun lalu itu juga mengajarkan tentang hal ini. Jika seorang tamu datang, maka sambutan yang layak merupakan tujuan atau hasil yang diinginkan. Namun ketika tuan rumah terjebak dalam urusan tikar sobek, ketan basi dan membuang bangkai anjing, maka ia menelantarkan tamunya. Ia sibuk mengurusi hal-hal yang terlihat mudah, namun tidak mendatangkan hasil. Cara mudah hanya akan efisien jika cara itu efektif. Tentunya Anda ingat artikel Aktivitas dan Produktivitas khan? 

Konsultan kraton bagi sang profesor artinya kongkonane sultan atau pesuruh raja. Sebuah plesetan makna yang menunjukkan kerendahan hati beliau. Mengingat beliau sekaligus mengingat kerendahan hati, kelucuan, keluwesan dan kesederhanaan seorang Prof Dr Damardjati Supadjar.

Salam HeartWork,

The Motivator Doctor 

Sudah isi buku tamu? silahkan kunjungi disini